Sabtu, 23 Mei 2009

SwiNe fLu...

Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.[2] Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian[3] Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1[4] H1N2,[4] H3N1,[5] H3N2,[4] and H2N3.[6]
Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2 telah diisolasi juga dari babi.
Asal mula
Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan.
Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina. [7]
Tanda dan gejala


Gejala utama virus flu babi pada manusia.[8]
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejalan influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.[9]
Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi, atau berada di lima negara bagian AS yang melaporkan kasus flu babi atau berada di Meksiko dalam jangka waktu tujuh hari sebelum bermulanya penyakit mereka." [10] Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan.[10]
Pergantian nama
Penamaan jenis penyakit ini dianggap salah oleh berbagai kalangan, karena telah membuat salah tafsir masyarakat - bahwa babi dapat menularkan penyakit ini kepada manusia. Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengganti nama penyakit ini dengan Influensa A (H1N1) mulai 30 April 2009 lalu.[11]
Lihat pula
Flu burung
Rujukan
1. ^ Veterinary Sciences Tomorrow article Swine influenza: a zoonosis by Paul Heinen dated 15 September 2003 says "Influenza B and C viruses are almost exclusively isolated from man, although influenza C virus has also been isolated from pigs and influenza B has recently been isolated from seals."
2. '^ [1] Richard Besser in article More cases of swine flu reported; WHO warns of 'health emergency by Mayra Cuevas, Ann Curley, Caleb Hellerman, Elaine Quijano and Susan Candiotti dated 25 April 2009
3. ^ "World Health Organization: Swine flu could spread globally", CNN.com. Diakses pada 2009-04-25.
4. ^ a b c http://www.vetmed.iastate.edu/departments/vdpam/swine/diseases/chest/swineinfluenza/ Swine Diseases (Chest) - Swine Influenza], Iowa State University College of Veterinary Medicine
5. ^ eurekalert Tips from the Journals of the American Society for Microbiology - Novel H3N1 Swine Influenza Virus Identified in Pigs in Korea
6. ^ PNAS Published online before print December 18, 2007, doi: 10.1073/pnas.0710286104 PNAS December 26, 2007 vol. 104 no. 52 20949-20954
7. ^ WHO bimbang flu babi merebak
8. ^ Centers for Disease Control and Prevention > Key Facts about Swine Influenza (Swine Flu) Diakses pada 27 April 2009
9. ^ Swine Flu and You. CDC. Diakses pada 2009-04-26
10. ^ a b Centers for Disease Control and Prevention. CDC Health Update: Swine Influenza A (H1N1) Update: New Interim Recommendations and Guidance for Health Directors about Strategic National Stockpile Materiel

AnTenaTaL_caRe...

PERAWATAN ANTEPARTUM
Perawatan antepartum merupakan perawatan saat masa kehamilan. Adapun tahap-tahapnya seperti dibawah ini :
 PENENTUAN KEHAMILAN
Kecurigaan kehamilan timbul jika pasien datang dengan :
- amenore
- pendarahan rahim yang tak teratur
- rasa penuh pada payudara
- morning sickness
- kembung
- pusing
- konstipasi
- sering BAK
Temuan fisik yang karakteristik termasuk diantaranya :
- sianosis mukosa vagina
- pelunakan serviks
- pembesaran dan pelunakan korpus uterus
- pemisahan korpus dari serviks karena pelunakan isthmus.
Adanya temuan tersebut sangat mengarahkan pada kehamilan tetapi tidak bersifat diagnostic, dan tidak terdapatnya gejala tersebut tidak menyingkirkan adanya kehamilan.
Auskultasi dengan ultrasonografi Doppler biasanya dapat mendeteksi denyut jantung janin pada minggu kesepuluh sampai minggu ke-12 setelah menstruasi terakhir. Keadaan yang menentukan kehamilan lanjut adalah “quickening” pada minggu ke_16 sampai 18 dan deteksi denyut jantung janin dengan auskultasi stetoskop pada minggu ke_18 sampai ke-20. (obstetri ed 2, 2000)
 USIA KEHAMILAN
Pengukuran usia kehamilan klasik secara klinis adalah menghitung waktu dimulai dari periode menstruasi terakhir. Tanggal perkiraan persalinan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Naegele dengan menambahkan sembilan bulan sepuluh hari pada HPHT atau hari pertama haid terakhir. Penghitungan ini menganggap bahwa ovulasi terjadi 14 hari setelahperiode menstruasi terakhir dan lamanya gestasi normal adalah 266 hari sejak ovulasi dan fertilisasi sampai mencapai aterm. Cara ini hanya akurat pada wanita yang mempunyai siklus menstruasi yang teratur dengan interval 28 hari.
Periode menstruasi yang tidak teratur menyebabkan tidak dapat digunakannya rumus Naegele. Hal yang sama biasanya berlaku untuk wanita dimana periode menstruasinya terpisah jauh. Ovulasi biasanya terjadi 12 hari sebelum periode menstruasi selanjutnya tidak tergantung pada interval diantara periode menstruasi. Jika diketahui gejala-gejala ovul;asi ( misalnya, manifestasi mittlescmerz), perkiraan tanggal persalinan dapat dihitung dengan menambahkan 8 bulan dan 23 hari (266 hari) kepada tanggal tersebut dengan derajat akurasi yang sama dengan rumus Naegel.
Jika konsepsi terjadi setelah koitus tunggal pada waktu yang tepat, seperti pada fertilisasi dengan inseminasi buatan, waktunya cenderung cukup dipercaya. Informasi lain juga sangat berguna seperti kapan tes kehamilan menjadi positif pertama kali (tiap minggu setiap konsepsi untuk tube test atau slide test), kappan pasien pertama kali mengalami gejala-gejala kehamilan (dua sampai tiga minggu setelah konsepsi), kapan denyut jantung janin pertama kali terdeteksi (delapan sampai sepuluh minggu dengan ultrasonografi, 10 minggu dengan stetoskop), dan kapan quickening (pada minggu ke-16 sampai 18. (Friedman et al, 2000)

 PEMERIKSAAN ANTEPARTUM
Pemeriksaan fisik harus menilai obesitas dan keadaan gizi umumnya, pusatkan juga pada gangguan tiroid, kardiopulmonal dan ortopedik. Pemeriksaan pelvis yang cermat harus termasuk gambaran dan keadaan serviks, ukuran rahim dan kesesuaiannya dengan usia kehamilan, dan adanya massa pelvis dan pemeriksaan arsitektur dan kapasitas pelvis.
Kunjungan antepartum harus dijadwalkan tiap bulan sampai minggu ke-32 \, tiap minggu kecuali diperlukan kunjungan yang lebih sering. Pada tiap kunjungan pemeriksaan, urinalisis diulangi untuk medeteksi albuminuria dan glikosuria. Kadar hematokrit harus diulang pada minggu ke-28 dan 36. penentuan antibody rhesus harus dilakukan tiap bulan setelah minggu ke-20 pada individu yang rentan. Skrining glukosa 1 jam setelah makan untuk diabetes gestasional dianjurkan pada minggu ke-28 .
Pada tiap kunjungan, yang harus diperiksa adalah :
- tekanan darah
- ukuran rahim dan penambahan berat badan
- denyut jantung janin
- hiperrefleksia
- edema cacat
 PEMERIKSAN NUTRISI
Waspadalah terhadap factor yang sering menyertai nutrisi yang buruk pada kehamilan, seperti remaja , hasil obstetric sebelumnya yang buruk, jarak kehamilan yang terlalu singkat, perokok berat, pemakai alcohol kronis, ketergantungan obat, berat sebelum mengandung yang rendah ( kuranng dari 85% berat badan standard yang diharapkan), penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan ( kurang dari satu setengah pon per minggu atau malahan terjadi penurunan berat badan), retardasi pertumbuhan intrauterin. Temuan fisik malnutrisi atau defisisensi nutrisi tertentu yang nyata harus dicari, termasuk perubahan kulit dan mukosa yang jarang terlihat hanya pada kasus terberat.

Terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium yang baik untuk mengetahui malnutrisi, diluar anemia dan hipoproteinemia. Preparat sel sabit adalah peniting untuk wanita kulit hitam. Anemia dengan unsur darah yang menunjukan eritrosit mikrosistik, hipokronik, mengharuskan pemeriksaan kadar besi serum, total iron binding kapaciti dan kadarb feritin makrosiik, memerlukan pengukuran folat serum dan sel darah merah. Pertimbnagan juga penelitian yang relevan, seperti kadar vitamion B12¬¬¬ serum, hitung retiulosit, elektroforesis, dan bahkan apusan sumsum tulang.

Overnutrisi menyebabkan obesitas yang berat tidak perlu bearti pasienm menerima diet yang diseimbangkan. Karbohidrat tinggi yang tidak seimbang, diet yang kekurangan protein bukan tidak jarang pada beberapa pasien. Tinjaun dan penjelasan pasien yang tidak sesuai jelas diperlukan. Hipervitaminosis bukannya tanpa resiko. Pasien harus dijelaskan untuk menghindari penggunaan vitamin yang berlebihan dan anggapan yang salah bahwa hal tersebut akan memberikan keuntungan bagi dirinya dan janinnya. Kelebihan viotamin A dan vitamin D, misalnya akan menyebabkan reaksi toksikositosis dan abnormalitas kongenital.

Pengobatan anemia harus spesifik jika mungkin. Berikan dosis penggantian dan pemeliharaan oral ferrous sulfat ( atau produk sejenis yang mengandung besi ) untuk anemia kekurangan besi sebagai tambahan terhadap perbaikan diet khusus. Pemberian besi parenteral jarang diperlukan. Program yang serupa diperlukan untk defisiensi asam folat yang lebih jarang. Walaupun defisiensi besi dan asam folat biasanya merupakan kejadian yang terpisah, tetapi kejadian tersbut dapat terjadi bersamaan dengan defisiensi nutrisi yang berat.

Pemeriksaan follow-up termasuk penilaian ulang adn penjelasan mengenai diet. Penambahan berat badan adlaah petunjuk dari asupan kalori, tetapi tidak merupakan indikator yang dapat dipercaya dalam menentukan diet yang adekuat. Respon laboratories dan klinis terhadap pengobatan sangat berguna. Pemriksaan laboratories dan berkala membantu menentukan apakah anemia atau hipoalbuminemia telah diperbaiki. Retardasi pertumbuhan intrauterin harus dicari. Pada saat persalinan, berat badan janin harus dicatat berhubungan dengan panjang tubuh dan usia kehamilan. Pemeriksaan ulang pasca persalinan paa keadaan nutrisi adalah juga penting, dengan nasehat mengenai jarak kehamilan ( spacing) serta kontrasepsi.

Malnutrisi protein mempunyai efek yang seius pada janin. Keadaan ini dapat dimanifestasikan pada gravida hanya dengan penuunan berat badan atau penambahan berat badan yang tidak adekuat. Hipoalbuminemia yang berat menyebabkan edema yang menyeluruh. Cadangan protein yang tidak adekuatdapat diperbaiki dengan diet tinggi protein yang mengandung sekurangnya 2 gram protein perhari. Pada kasus yang jarang dimana terjadi kekurangan yang berat, pemberian albumin intravena dan hiperalimentasi mungkin diindikasikan, tetapi tindakan tersebut bukannya tanpa resiko. Defisiensi iodine meternal, jika edema pada tempat tertentu, merupakan predisposisi kretinisme janin dan defisit neurologies yang berat; sekarang dapat dengan mudah dikoreksi atau dihindari dengan menggunakan garam beryodium. Nilai suplementasi zat seng, belum diketahui, walaupun laporan menyatakan hubungan antara kadar zat seng 6yang rendah dengan pertumbuhan yang tidak optimal.
( Balmookoot Balglobin)


 PENAMBAHAN BERAT BADAN
Pasien denganberat badan yang kurang ( underweight) adalah yang dengan berat badan dibawah 10% atau kuranmg dari berat badan idealnya pada awal kehamilan. Pasien underweight yang mempunyai pertambahan berat badan total selam kehamilannya kurang dari 10 pon ( atau lebih kritis kurang dari 0,5 pon per minggu pada setengah bagian kedua kehamilan ) mempunyai resiko kehamilan, seperti abropio plasenta, aminitis, persalinan prematur, dan janin dengan berat badan rendah. Mereka harus diperiksa untuk hiperemesis, manifestasi malnutrisi, dan sindroma malabsorbsi, juga penggunaan obat-obatan, alkohol, serta rokok. Menjelaskan mengenai keperluan dan penjelasan dalam diet adalah penting. (http//www.google.com)

Wanita dengan berat badan sebelum mengandung diatas 200 pon dianggap sebagai obesitas yang berat. Obesitas meningkatkan resiko maternal dari kehamilan seperti hipertensi, diabetes gestasional, pielonefritis, makrosomia, dan disposia bahu; wanita tersebut memerlukan seksio sesaria lebih sering dri pada wanita hamil lainnya.

Pasien yang mengalami penurunan berat badan harus diperiksa untuk dehidrasi dan ketonuria. Mereka harus di ikuti dengan sering dengan penjelasan nutrisi yang agresif sampai berat badan stabil dan berat badan pasien mulai naik secara adekuat. Pasien lain ungkin di ikuti dengan interval prenetal yang biasa. Rata-rata pertambahan berat badan tiap minggu adalah 0,8-1,0 pon ari usioa kehamilan 13 minggu sampai cukup bulan ( aterm). Rata-rata keseluruhan penambahn berat badan pada kehamilan adalah 24-28 pon terbagi pada berat janin ( 7,5Ib ), plasenta ( 1,4Ib ), cairan amnion ( 1,8 Ib ), pertumbuhan rahim ( 2,1 Ib ), hipertrofi payudara ( 0,9 Ib ), volume darah ( 2,8 Ib ), volume ekstravaskular ( 3,7 Ib ) dan cadangan maternal (7,4 Ib).

Gravida yang mempunyai berat badan yang buruk selama kehamilannya ( kurang dari 0,5 Ib per minggu ) memerlukan riwayat yang lengkap dalam pemeriksaan fisik yang menyeluruh untuk menyingkirkan masalah obstetrik seperti hiperemesis dan gangguan medis yang dapat merupakan predisposisi terhadap malnutrisi malabsorbsi. Riwayat dan sikap asupan diet serta efeknya terhadap kesehatan janin harus diperiksa dengan mendalam. Pemberian diet dan vitamin dapat dilakukan; pada keadaan penurunan berat badab yamg ekstrim diperlukan hiperaliementasi.

Wanita hamil dengan penambahan berat badan yang berlebihan, terutama yang terjadi akut memerlukan pemeriksaan yang cermat untuk adanya edema dan terjadinya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Penmyebab obstetrik lainnya dari penambahan berat badan yang cepat adalah kehamilan ganda, polihidramnion, dan dm, dimana semuanya memerlukan pemeriksaan 6ang cermat dan ditangani jika diperluka.
( Susan B. Wilson, obstetri, 2000)

 SENAM ANTENATAL DASAR
Senam sirkulasi
Senam sirkulasi harus dikerjakan dengan sering, khususnya pada dini hari serta sore hari. Latihan ini harus dipraktekkan pada posisi semi-fowler atau posisi duduk dengan kaki diangkat dan latihan ini ditujukan untuk mempertahankan serta meningkatkan sirkulasi. Suatu gerakan kasar di kaki yang ditimbulkannya, akan membantu pengembalian aliran vena serta meminimalkan resiko parises, pembengkakan pergelangan kaki serta keram. (Hodges et al, 2001)

Senam kaki
Duduk atau berbaring dengan membentuk sudut 45 ( setengah berbaring atau semi fowler ) dengan punggungbbersandar pada bantal tempat tidur, kaki disanggah, dan lutut diluruskan, tekuk dan luruskan kedua pergelangan kaki secara cepat sedikitnmya 12 kali untuk setiap arah. (http//www.healthpicture.com)

senam kaki
Pengencangan tungkai
Duduk atau berbaring ( semifowler) seperti pada posisi senam kaki. Tarik kedua kaki ( telapak kaki ) ke arah atas dengan bertumpu pada pergelangan kaki dan tekankan pada bagian belakang lutut kearah penyokongnya. Tahan posisi ini dalam hitungan lima, lalu tarik nafas, kemudian relaks. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
Ibu hamil harus dianjurkan menghindari posisi berdirii lama, dan duduk atau berbaring dengan kaki menyilang. Ibu harus dianjurkan untuk duduk dengan kakinya naikkan dengan alat menyanggah rendah. Bila terdapat edema, ia dapat berbaring dengan posisi semi fowler dan kaki di tingikan sedikit lebih tinggi dari pabnggulnya.
Penting untuk mempertahankan sudut lembar lipat paha untuk mencegah kompresi, yang dapat menyebabkan stasis sirkulasi. Satu bantal dibawah dasar matras, akan meninggikan kakinya ketika tidur. Saat melakukan sesuatu; harus diingatkan untuk posisi duduk dari pada berdiri, seperti melakukan tugas rumah tangga, seperti menyetrika, ,membersihkan asayur-sayuran, dsb. Wanita harus di ingatkan untuk pelatihan berjalan, yang akan membantu sirkulasinya, vena fortunda. Ia juga perlu menggunakan sandal yang mampu menyanggah dengan baik serta menghindari sepatu yang bertumit tinggi yang dapat menyebabkan cedea akibat ketidak stabilan. Bila telah terjadi kebiasaannya mengenakan sepatu bertumit tinggi, sebaiknya ia tidak menggunakan sepatu beralas dasar sama sekali, namu tetap diperbolehkan bertumit rendah serta bentuk sepatu melebar. (Hodges et al, 2001)

Senam dasar panggul
Senam dasar panggul harus menjadi prioritas dalam program latihan fisik apapun selama kehamilan. Tonus otot selama antenatal disiapkan untuk menghadapi stres serta beban yang harus ditanggung selam hamil. Tonus otot juga memberi penyanggah tambahan kelapisan fascia yang akan relaks oleh pengaruh relaksin. Ibu juga harus melatih otot ini setelah persalinan, untuk mencegah masalah perkemihan jangka panjang prolaps. Senam dasar panggul harus diajarkan, walaupun pada usia kehamilan lanjut. Otot yang sehat, berlatih dengan baik, dan mampu melakukan rekoil dengan mudah, akan melancarkan persalinan. Telah diketahui bahwa otot dasar panggul yang terlatih dengan baik selama kehamilan, akan lebih kuat pada masa pasca natal di bandingkan dengan yang tidak melakukan latihan sama sekali ( Niel sen, 1999). Serta senam yang dilakukan selama antenatal mengurangi resiko inkotinensia sters pasca partum pada primegravida (Reilly et al, 2002). Menurut ahli lainnya terdapat bukti bahwa otot dasar panggul memegang peranan penting dalam mempertahankan kestabilan pelvis.
Idealnya, ibu perlu diajarkan senam dasar panggul sebelum kehamilan, namun banyak dintaranya mengabaikan hal ini. Latihan perlu dinilai sedini mungkin pada saat kehamilan, pada kelas persiapan dini, apabila ada intruktor yang dapat. Sebelum latuihan diberikan, perlu diberikan pendidikan awal mengenai teori anatomi serta fungsi otot tersebut dalam bahasa sederhana. Contoh gambar dan modal panggul merupakan alat bantu pengajaran yang bermanfaat.
Senam dasar panggul dapat dilakukan pada setiap posisi yang dianggap nyaman, dengan catatan posisi antara kedua kaki sedikit renggang, bukan posisi menyilang.
Kontravikan anus seperti menahan defekasi, konsentrasikan vagina dan uretra seperti menahan berkemih, kemudian konsentrasikan ketiganya, tahan dengan kuat selama mungkin selama 10 detik, tetap bnernafas normal selam konteraksi ini. Relaks dan istirahat selama tiga detik. Ulangi dengan perlahan sebanyak anda mampu, sampai maksimum 10 kali. Ulangi senam ini, kali ini tingkatkan dan biarkan lebih cepat sampai 10 kali tanpa menahan kontraksi. Hindari mengencangkan otot bokong dan paha.
Untuk merencanakan senam panggul secara mandiri, ingatlah lamanya dalam detik anda dapat menahan kontraksi dan hitung berapa kali anda dapat mengulang latihan sebelum otot menjadi lelah. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah latihan sampai sebanyak 10 kali 10, yang dilakukan dalam beberapa minggu dengan melatuih otot tersebut secara perlahan dan cepat, baik serat otot yang berkedut perlahan ( tipe 1) maupun berkedut ( tipe 2) akan teraktifasi ( Gilpin et al, 1989 ). Jadwal latihan yang terencana dapat dikaitkan dengan aktifitas sehari-hari, sebagai contoh ketika cebok setelah berkemih, atau dengan membuat catatan yang dipasang dirumah sebagai pengingat.
Kesempatan untuk bertanya dan diskusi untuk membantu ibu melaksanakan senam dan memahaminya dengan seksama harus disediakan. Sementara ada beberapa ibu memerlukan, tambahan penjelasan, agar ia benar-benar percaya terhadap apa yang dilatihnya untuk akhirnya mampu menggerakan otot sendiri dengan yakin. Chiarelli (1991) menyatakan bahwa terbukti berbahaya bila menggunakan mekanisme “menahan dan mengeluarkan” urine sebagai teknik senam, karena latihan ini bukan latihan kandung kemih yang baik. Namun, penghentian urine aliran tengah dapat dipakai sebagai uji bila perlu, sebaiknya pada berkemih kedua kalinya atau seterusnya satu hari. Cara lainnya

Untuk mengenali kontraksi dapat dengan melihat gerakan kontraksi didepan cermin dengan posisi agak jongkok. Pencengkraman vagina terhadap penis selama koitus, adalah senam yang dapat dilakukan bersama pasangan yang dapat langsung diperoleh umpan baliknya dari pasangan. Ibu juga harus dianjurkan untuk mengencangkan dasar panggul mereka sebelum batuk, bersin, tertawa, mengangkat atau berjongkok. Kontraksi otot dasar panggul dapat di gabung dengan latihan transversus. (http//www.healthpicture.com)
Senam abdomen
Karena letaknya berdekatan dengan linea alba, senam yang melibatkan otot abdomen oblig ( serong). Misalnya memutar badan atau lutut, harus di hindari selama usia kehamilan tua untuk menghindari resiko robeknya otot linea alba serta menyebabkan diastasis otot rektus ( Noble, 2000). Namun, sangat penting untuk melatih otot abdomen profunda selama kehamilan. Otot transversus abdominis terbukti sebagai otot stabilitas inti ( Hodges, 1999 ) dan perlu berfungsi se efisien mungkin untuk mempertahankan inegritas panggul. Telah diketahui bahwa otot transversus abdominis diyakini lebih penting dari otot rektus abdominis demi mencegah masalah pada bagian punggung dan saat mengubah posisi ( Horsley, 2000) sehingga otot ini menjadi fokus utama latihan otot selama kehamilan dan pasca partum. Otot ini memiliki proporsii besar serabut otot tipe 1 yang lambat berkedut yang merespon hanya pada kontraksi ringan bukan pada kontraksi maksimal. Latihan tracersus dapat dilakukan dalam berbagai posisi misalnya, duduk, berdiri, lutut tinggi, telungkup jongkok, atau posisi miring. Posisi merangkak ( berlutut allfour) biasanya merupakan posisi yang nyaman untuk memulai latian, yang kemudian dapat dipraktekan dalam berbagai posisi fungsional.


Senam transversus
Pertahankan tulang belakang pada posisi tengah, tarik nafas kemudian hembuskan dari otot abdomen, dan tahan kontraksi selama 10 detik yang dilanjutkan bernafas secara normal, kemudian relaks secara perlahan ulangi secara perlahan.




senam transversus dalam posisi merangkak

 PERAWATAN PUNGGUNG SELAMA KEHAMILAN
Tubuh baik dalam keadaan diam maupun bergerak, harus selalu diberi perhatian. Namun, khususnya penting selama kehamilan dan selama beberapa bulan stelah melahirkan. Selama masa ini, area panggul dan punggung umumnya rentan. Untuk mencegah punggung kronis serta ketegangan pada otot yang renggang, pertimbangan ekstra harus diberikan pada area punggung ketika duduk, mengangkat, membungkuk dan bergerak, serta selama melakukan pekerjaan rumah tangga dan aktivitas rutin. Kelas ini dilakukan dengan umpan balikdan pembahasan dari kelompok bear, adalah cara menarik untuk membicarakan topik ini. Aktivitas berat dan keras harus di hindari. Dianjurkan dari pada mengambil resiko nyeri dan kelelahan, sebaiknya meminta bantuan. Namun, panduan dan anjuran tentang bagaimana cara adaptasi serta memodifikasi kegiatan sehari-hari memungkinkan ibu tetap menjaga kesejahteraannya. Ia harus di ingatkan untuk membebab ataau menyongkong otot tranversus dan dasar panggul sebelum melakukan aktivitas apapun.




senam mengangkat panggul dalam posisi setengah duduk

Duduk
Duduk adalah posisi yang lazim di pilih, sehingga postur yang baik dan kenyamananya pentung ibu haus di ingatkan untuk duduk bersandar dikursi dengan benar,q pastikan tulang belakangnya tersandar dengan baik. Bantal kecil atau gulungan handuk dapat digunakan untuk mencapai tjuan tersebut. Paha harus bertopang, kaki dalam posisi di lantai bila perlu, kaki sedikit di tinggikan diatas bangku kecil bila kaki anda tidak dapat menyentuh lantai dengan nyaman. Kursi dengan sandaran lebih tinggi akan menyokong kepala dan bahu serta tungkai dapat ditinggikan diatas penyanggah kaki. Posisi ini adalah posisi ideal untuk relaksasi. Bila bangkit dari posisi duduk, otot transversus dari dasar panggul harus diaktivasi.

postur tubuh yang kurang tepat saat duduk


Berdiri
Aspek postur tegak yang baik harus didiskusikan. Ibu perlu dianjurkan untuk berdiri dan berjalan tegakdengan menggunakan otot transversus dan dasar panggul. Posisi kepala penting kepalaharus dipertahankan tegak dengan dagu rata dan bahu turun dan relaks. Dapat juga dianjurkan agar ibu membayangkan penarikan bajunya dari atas sampai bawah untuk selalu berdiri tegak dan luruskan tulang belakang. Selain itu dapat diminta untuk mencoba merentangkan antara pangkal paha dan iga untuk membuat ruang lebih besar untuk bayi. Gerakan ini akan memperkecil lengkung badan sehinngga mengurangi upaya otot yang digunakan selama berdiri. Untuk mempertahankan keseimbangan yang baik, kaki harus direnggangkan dengan distribusi berat badan pada masing-masing kaki. Berdiri diam terlalu lama dapat menyebabkan kelelahan dan ketegangan. Oleh karena itu lebih baik berjalan tetapi tetap memperhatikan semua aspek yang baik, postur tegap harus diperhatikan. Ibu harus mendengarkan tubuhnya dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan.


postur berdiri yang salah dan yang tepat


Berbaring
Karena resiko hipotensi akibat berbaring terlentang, berbaring datar harus dihindari seteelah 4 bulan kehamilan. Bila ibu memilih berbaring terlentang pada awal kehamilan, dengan meletakkan bantal dibawah kedua paha akan memberi kenyamanan. Sejalan bertambahnya usi akehamilan, biasanya ibu merasa makin sulit mengambil posisi yang nyaman, karena peningkatan ukuran tubuh dan berat badannya.
Penting bila ibu mengubah posisiny dan disokong dengan baik yang memberi tekanan rata pada semua baian tubuh dalam rngka mendapatkan istirahat dan tidur mencegah peregangan. Untuk posisi setengah duduk, ekstra beberapa bantal atau penyanggah cukup dapat meninggikan kepala dan bahu dan satu bantal di bawah paha akan mencegah peregangan punggung bawah dan lutut. Kebanyakan ibu menyukai posisi berbaring mirinng dengan sanggahan dua bantal dibawah kepala dan satu dibawah lututrt atas serta paha untuk mencegah peregangan pada sendi sakroiliaka. Sebuah bantal kecil atau gulungan handuk menambah rasa nyaman bila diletakkan di pinggang atau abdomen, terutama bila alas tempat tidur tidak terbuat dari bahan yang terlalu keras. Bila memilih posisi berbaring miring, bantal harus diberikan untuk menopang lengan atas. Nyeri dan peregangan pada simpisis pubis dan sendi sakroiliaka dapat dikurangi bila ibu menekuk lututnya keatas dan menahannya bersama-sama ketika berbalik di tempat tidur. Turun dari tempat tidur atau meja periksa harus diajarkan pada kelompok ibu dan dipraktekan. Kedua lutut harus ditekuk dan disejajarkan, seluruh tubuh berguling kesalah satu sisi dan kemudian bangkit dengan duduk menggunakan lengan atas dan siku bawah, dengan tungkai sekarang ada di posisis tempat tidur. Ibu dengan perlahan berdiri, meluruskan tungkainya. Gerakan ini dilakukan dengan urutan terbalik bila ibu naik ke tempat tidur atau meja pemeriksaan.
.
posisi berbaring miring

Mengangkat
Mengangkat benda yang berat dan sulit harus, kapanpun memungkinkan dihindari selama hamil. Ketika harus mengangkat, miasalnya mengendong anak balita, kaki harus diregangkan sqaqtu kaki didepan kaki yang lain. Pangkal paha dan lutut menekuk dengan punggung tetap lurus dan dasar punggung serta otot tranversus dikencangkan. Kecuali otot paha sangat kuat. Otot ini menem[patkan terlalu banyak peregangan pada sendi lutut. Bila ibu di anjurkanuntuk menekuk kedua lutut seluas mungkin. Baran yang akan diangkat perlu di pegang sedekat mungkin dan ditengah tubuh dan lengan serta tungkai digunakan untuk diangkat.

Lakukan gerakan dengan urutan terbalik ketika akan menaruh benda yang berat. Memutar badan ketika mengangkat harus dihindari dan hanya di posisi tegak ketika kaki dipindahkan kearah yang dituju. Bila ibu mengendong balita, ibu dapat meminta anak tersebut berdiri dikursi atau anak tangga kedua atau ketiga sehingga menghindari membungkuk ketika mengangkatnya.

Aktivitas rumah
Ibu dapat dianjurkan untuk melakukan pekerjaan rumah dengan mudah dan secara berirama dengan menghindari gerakan menyentak sehingga mengurangi ketegangan pada tubuh dan menghindari kelelahan. Ketika menggunakan alat penyedot debu, lakukan dengan berdiri tegak lurus, berdiri memutarkan badan karena dapat membebani sendi sakroiliaka dan linea alba. Beratnya pekerjaan harus dikaji untuk mempertahankan potur tubuh yang baik penyokong yang tinggi dapat mencegah membungkuk dan kemunhkinan nyeri punggung. Ibu dapat dianjurkan untuk melakukan tugas dengan posisi duduk lebih banyak dari pada berdiri. Ketika meyetrika, bila memilih posisi beerdiri, tingginya meja setrikaan harus memungkinkan kenyaman ibu untuk berdiri dan bergerak dari satu sisi kesisi yang lain secara ritmis. Ketika memandikan balita, membereskan tempat tidur, membersihkan kamar mandi atau membokong anak, dengan berlutut akan mencegah sakit punggung. Beberapa ibu dapat menggunakan posisi satu lutut didepan yang lain, ketika harus membungkuk lemari atau laci atau membokong ekali lagi hinari peregangan lumbar.; ibu yang lain lebih memilih berlutut untuk menghindari membungkuk.


cara mengangkat yang benar
Ketika berbelanja, ibu harus mempertahankan troli supermarket dekat dengan tubuhnya dan idealnya beban bawah harus dikurangi sanpai minimum. Bila membawa keranjang belanja, juga harus dekat ke tubuh atau dibagi menjadi dua keranjang yang seimbang.

membawa keranjang belanja
Ketika masuk mobil, duduk dulu dan kemudian kencangkan otot transversus dan otot dasar panggul serta pertahankan lutut merapat, angkat tungkai bersamaan masuk kedalam mobil; ini harus dilakukan sebaliknya ketika turun atau keluar dari mobil. Ketika mengemudi, pastikan punggung tertopang baik. Perhatian harus diberikan ketika memasang sabuk pengaman dan melepaskannya dengan benar untuk menghindari pemuntiran tubuh dengan sentakan tiba-tiba.
Perawatan punggung merupakan topik penting yang harus dimasukkan dalam kelas antenatal, dengan metode pembelajaran demonstrasi dan diskusi. Jelaskan juga pentingnya berusaha mencegah masalah sebelum masalah tersebut muncul dan menyebabkan nyeri. Untuk alasan inilah, sediakan peralatan bayi dan perawatan terhadap punggung dan keamanannya


berlutut ketika membopong dan memandikan anak

INFERTILITAS
Definisi
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum atau tidaknya tidak ada yang tahu pasangan itu fertile atu tidak. Riwayat fertil sebelumnya tidak menjamin fertilitas dikemudian hari., baik pada pasangan itu sendiri atau pada pasangan lain.
Disebut Infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama atau dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan setelah 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilann selama 12 bulan. Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menu jukan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. ( YBP-SP, 2005)

PEMERIKSAAN PASANGAN INFERTIL
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja sedangkan suaminya tidak diperiksa maka pasangan itu tidak diperiksa.
Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut :
1. istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak setelah 12 bulan pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila :
a. pernah mengalami keguguran ;
b. diketahui mengalami kelainan endokrin
c. pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d. pernah mengalami bedah ginekologi
2. istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa dalam kesempatan pertama pasangan itu datang kedokter.
3. istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak perkawinan ini
4. pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anak-anaknya. ( YBP-SP, 2005)

RENCANA DAN JADWAL PEMERIKSAAN
Rencana dan jadwal pemeriksaan infertilitas terhadap suami dan istri selama tiga siklus haid istri.



PEMERIKSAAN MASALH-MASALAH INFERTILITAS
Masalah-masalah infertilitas yang meliputi :
1. masalah air mani,
2. masalah vagina
3. masalah serviks
4. masalah uterus
5. masalah tuba
6. masalah ovarium
7. masalah peritonium.

MASALAH AIR MANI
Penampung air mani
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung dalam botol gelas bersih yang bermulut lebar (gelas minum), setelah abstinesi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan dirumah pasien itu sendiri kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan ke kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisit, akan mengelirukan penilaian fertilitas spermatozoa. Karakteristik air mani.
1. koagulasi dan likuefaksi, air mani yang di ejakulasikan dalam bentuk cair akan segera menjadi “agar” atau koagulum, untuk kemudian melikuefaksi lagi dalam 5-20 menit menjadi cairan yang agak pekat guna memungkinkan spermatozoa bergerak dengan leluasa.proses koagulasi dan likuefaksi ini diatur oleh enzim.
2. viskositas. Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogen yang agak pekat, yang dapat membenang kalau dicolek dengan batang lidi. Gaya membenang dapat mencapai 3-10 cm. Makin panjang benangnya makin tinggi viskositasnya. Pengukuran viskositas itu sangat subjektif.pengukuran viskositas yang lebih tepat ialah dengan pipet Eliasson, volumnya 0,1 ml yang berkalibrasi 0,05 ml dan 0,1 ml.
3. rupa dan bau. Air mani yang baru di ejakulasikan rupanya putih kelabu seperti agar-agar setelah berlikuefaksi menjadi cairan, kelihatannya jernih atau keruh, tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang dikandungnya. Baunya langgu, seperti abu bunga akasia.
4. volum. Setelah aksinensi selama tiga hari, volum air mani berkisar antara 2,0-5,0 ml. Volum kurang dari 1ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah. Pada volum kurang dari 1,5 ml sesungguhnya baik untuk dilakukan inseminasi buatan suami (ibs) karena volum yang kurang itu tidak akan cukup mengenangi lendir yang menjulur dari serviks, sehingga dapat merupakan masalah infertilitas. Pada ejakulasi terbagi ( spit ejakulate), 90 % dari ejakulat pertama akan mengandung konsentrasi, viskositas, gerakan dan kadang-kadang moprfologi spermatozoa yang lebih baik dari pada ejakulat kedua. Sisanya kadang-kadang sama saja, atau malahan sebaliknya.
5. ph. Air mani yang baru di ejakulasikan ph nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila di biarkan, akan meningkat karena penguapan co2 nya. Apabila ph lebih dari 8,hal itu disebabkan oleh peradangan mendadak kelenjar atau saluran genital : sedangkan ph yang kurang dari 7,2 mungkin disebabkan oleh peradangan menahun kelenjar tersebut. Sekret kelenjar prostat, ph nya lebih rendah dari 7.
6. fruktosa. Fruktosa air mani adalah hasil fesikula seminalis, menunjukan adanya rangsangan androgen. Fruktosa terdapat pada semua air mani. Kecuali pada :
- azoospernia karena tidak terbentuknya kedua pasdeferen. Air maninya tidak berkoagulasi segera setelah ejakulasi karena vesikula seminalisnya pun tidak terbentuk.
- Kedua duktus ejakulatoriusnya tertutup
- Keadaan luar biasa dari ejakulasi retrograd , dimana sebagian kecil ejakulat yang tidak mengandung spermatozoa.
Setiap air mani yang azoospermia harus diui secara rutin akan adanya fruktosa. Dengan jalan ini setiap kecurigaan tidak adanya vasadapat lebih diyakinkan tanpa harus dilakukan eksplorasi skrotum. Ada tidaknya koagulasi segera setelah ejakulasi harus diperiksa secara lima menit setelah ejakulasi.


PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Bagi orang yang berpengalaman memeriksa setetes air mani dibawah mikroskop sudah memungkinkannya menaksir konsentrasi, jenis gerakan, dan morfologi spermatozoa dengan ketetapan yang tidak jauh berbeda dari kenyataan. Sel-sel radang menunjukan adanya peradangan. Kadang-kadang tampak pula trikomonas vaginalis atau kandida albikans. Air mani yang dibiarkan lama akan membentuk kristal spermin fostat. Kadang-kadang tampak pula pulau aklutinasi spermatozoa berkisar antara jarak sampai banyak terdapat tiga jenis aklutinasi : kepela dengan kepala, kepala dengan ekor, ekor dengan ekor, spermatozoa dibagian luar aklutinasi itu biasanya masih tampak bergerak, akan tetapi di pusatnya sudah tidak ada gerak lagi. Air mani tampak spermatozoa (azospermia) atau sedikit spermatozoa akan segera tampak pada pemeriksaan mikroskop. Sumbatan duktus dapat disingkirkan apabila tampak sel-sel muda yang bulat. Sebelum menyatakan tidak adanya sel-sel muda sebaiknya air mani disentrivugasikan dahulu 3000 putaran per menit selama 5 menit, kemudian sendimennya diperiksa kembali. Semua air mani yang azoospermia harus diperiksa akan adanya fruktosa yang dihasilkan oleh vesikula seminalis. Pada tidak tumbuhnya kedua fasdeferens dan vesikula seminalis, air mani nya tidak mengandung fruktosa dan tidak dapat berkoagulasi setelah ejakulasi. Demikian pula kalau kedua duktus ejakulatoriusnya tersumbat, atau pada ejakulasi retrograd. ( YBP-SP, 2005)

1. konsentrasi spermatozoa. Menghitung konsentrasi spermatozoa dalam air mani sama caranya dengan menghitung konsentrasi sel darah. Cairan pengencernya ialah george yang mengandung formalin 40%, sehingga spermatozoa menjadi tidak bergerak karenanya. Untuk menghitung kadar spermatozoa yang bergerak, dipakai larutan 0,9% NaCl, yang tidak membunuh spermatozoa yang bergerak. Dengan demikian, yang dihitung hanyalah spermatozoa yang tidak bergerak saja. Selisih antara penghitungan larutan pengencer george dan 0,9% NaCl menghasilkan konsentrasi spermatozoa yang bergerak. Ketelitian menghitung akan berkurang nya konsentrasi spermatozoa. Freud dan Carol mendemontrasikan betapa besar perbedaan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh beberapa pemeriksa, sekalipun dari dua bahan pemeriksaan yang sama yang diperiksa oleh pemeriksa yang sam. Mean perbedaannya dapat mencapai 20% atas alasan itulah analisis mani sebaiknya dilakukan lebih dari 1 kali.
2. Mortilitas spermatozoa. Lebih penting dari konsentrasi spermatozoa ialah motilitasnya. Setetes air mani ditempatkan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Persentase spermatozoa mortil di taksir setelah diperiksa 25 lapangan pandangan besar. Jenis mortilitas spermatozoa dibagi kedalam skala 0-4. jarang sekali semua atau hampir semua spermatozoa ditemukan tidak bergerak. Apabila ternyata demikian sebaiknya darah pasien diperiksa untuk kemungkinan antibodi imobilisasi spermatozoa dengan isojima. Untuk meyakinkan apakah semua spermatozoa itu telah mati, dilakukan pulasan eosin-nigrosin. Biasanya pada analisis air mani normal 2-3 jam setelah ejakulasi akan masih terdapat 60% spermatozoa bergerak maju lurus cepat. Dengan demikian spermatozoa yang membuahi itu ovum itu, harus secepatnya membebaskan diri dari lingkungan plasma mani dan sekresi vagina. Oleh karena itu faktor vagina hampir tidak berpengaruh.
3. Morfologi spermatozoa. Morfologi spermatozoa harus dianggap sama pentingnya dengan konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan ini hanya dilakukan dengan pulasan sediaan-usap air mani, kemudian menghitung jenis spermatozoanya. ( YBP-SP, 2005)


Uji ketidakcocokan imunologik
Uji kontak air mani dengan lendir serviks ( sperm servical mucus contact test SCMC test) yang dikembangkan oleh Kremer jager dapat mempertunjukan adanya antibodi lokal pada pria dan wanita.


MASALAH VAGINA
Kemampuan yang menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang menghambat penyampaian ini ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis karena kandida albikans atau trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah, bukan karena antispermisidalnya melainkan antisagamannya. Sobrero menemukan spermatozoa didalam lendir serviks dalam 90 detik sejak di ejakulasikan, dan Bedford yang menghancurkan semua spermatozoa dalam vegina kelinci 5 menit sejak di ejakulasikan mencatat bahwa penghancuran itu sama sekali tidak menghalangi terjadinya kehamilan. Itulah sebabnya mengapa vaginitis tidak seberapa menjadi masalah infertilitas.




MASALAH SERVIKS
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya adalah dalam reproduksi manusia baru diakui pada abad ke 19. sims pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pasca senggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhner memperkenalkan uji pascasenggama yang dilakukan pada pertengahan siklus haid. Serviks biasanya mengarah pada bawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina.
Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks posterior. Kanalis servikalis yang dilapisi lekukan-lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan lendir, dari sel-sel epitelnya mempunyai silia yang mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk kanalis servikalis seperti itu memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan juga terjaminnya penyampaian spermatozoa kedalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Migrasi spermatozoa kedalam lendir serviks sudah dapat terjadi pada hari ke 8 atau ke 9 mencapai puncaknya pada saat ovulasi, kemudian terhambat satu sampai dua hari setelah ovulasi. Spermatozoa sudah dapat sampai pada lendir serviks 1 ½ - 3 menit setelah ejakulasi. Spermatozoa yanmg tertinggal dalam lingkungan vagina yang lebih dari 30 menit tidak lagi mampu berimigrasi ekdalam lendir serviks. Spermatozoa motil dapat hidup dalam lendir serviks sampai 8 hari setelah senggama.
Infertilitas yang berhubungan dengan faktor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis servikalis, lendir serviks yang abnormal, malposisi dari serviks, atau kombinasinya. Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang dapat berperan dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan (serviksitis menahun), sinekia (biasanya bersamaan dengan sinelkia intrauterin) setelah konisasi, dan inseminasi yang tidak adekuat. Pernah difikirkan bahwa vaginitis yang disebabkan oleh trikomonas vaginalis dan kandida albicans dapat menghambat motilitas spermatozoa. Akan tetapi perubahan ph sampai akibat vaginitis ternyata tidak menghambat motilitasnya. Gnarte dan Friberg memperoleh lebih banyak mikroplasma pada biakan lendir serviks istri infertil dari pada yang fertil, walaupun laporan lainnya tidak demikian. (Prawiharjo, 2005)

Prognosis infertilitas
Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).
Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurunkan perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.
Menurut Macleod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24 sampai 25 tahun. Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan meningkat dengan meningkatnya frekuensi senggama. Ternyata, senggama 4 kali seminggu paling meluangkan terjadinya kehamilan; karena ternyata kualitas dan jenis motilitas spermatozoa menjadi lebih baik dengan seringnya ejakulasi.
Penyelidikan jumlah bulan yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan tampak pemakaian kontrasepsi telah dilakukan di Taiwan dan AS dengan kesimpulan bahwa 25% akan hamil dalam 1 bulan pertama, 63% dalam 6 bulan pertama, 75% dalam 9 bulan pertama, 80% dalam 12 bulan pertama, dan 90% dalam 18 bulan pertama. Dengan demikian, makin lama pasangan kawin tanpa hasil makin turun prognosis kehamilannya.
Pengelolaan mutakhir terhadap pasangan infertil dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahui etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan lain, umpamanya dengan inseminasi buatan donor, atau mengangkat anak (adopsi).
Hasil penyelidikan menun jukan apabila umur istri akan dibandingkan dengan angka kehamilannya, maka pada infertilitas primer terdapat penurunan yang tetap setelah umur 30 tahun. Pada infertilitas sekunder terdapat juga penurunan, akan teta[pi tidak securam seperti pada infertilitas primer. Penyelidikan tersebut selanjutnya mengemukakan bahwa istri yang baru yang dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, prognosis kehamilannya masih baik. Akan tetapi, kalau sudah dihadapkan selama 5 tahun lebih prognosisnya buruk. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak menunda pemeriksaan dan pengobatan infertilitas selama tiga tahun lebih.
Jones dan pourmnad berkesimpulan sama, pasangan yang telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama tiga tahun kurang, dapat mengharapkan angka kehamilan sebesar 50%; yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30%.
Turnet et aL. Menyatakan pula bahwa lamanya infertilitas sangat mempengaruhi prognosis terjadinya kehamilan.


Penanggulangan beberapa masalah infertilitas
Air mani yang abnormal
Air ,mani disebut abnormal kalau pada tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya tetap abnormal. Nasihat terbaik bagi pasangan dengan air mani abnormal adalah melakukan senggama berencana pada saat subuir istri.
Adapun air mani abnormal masih dapat diperbaiki itu kalau disebabkan oleh varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin, atau hiperprolaktifnemia.(Moctar, 1998)

Uji pascasenggama yang abnormal
Sebagian uji pascasenggama yang abnormal disebabkan oleh saat pemeriksaan yang tidak tepat, baik terlampau dini maupun terlampau lambat dalam siklus haid. Sekalipun pada seorang wanita yang fertil, terdapat kesempatan dua hari saja untuk melakukan uji pasca snggama yang tepat yaitu sekitar tengah siklus haidnya. Oleh karena itu apabila diperoleh hasil uji pascasenggama yang abnormal, sebaiknya diulang beberapa kali lagi pada saat yang sengat tepat tadi.
Penyebab uji pascasenggama yang abnormal lain adalah air mani yang abnormal, seperti azoospermia, oligospermia, kelainan morfologi spermatozoa yang tinggi atau likeufaksi air maniyang lambat. Hasil analisis mani yang baik ditemukannya spermatozoa yang bergerak progresif dalam lendir serviks, mengacu kepada prognosis yang baik.
Hasil uji pascasenggama yang terus menerus abnormal harus menjadikan perhatian. Kalau hasil uji penetrasi spermatozoa in vitro baik, maka ditemukannya uji pascasenggama yang abnormal mengacu kepada kurangnya kontak antara air mani dan lendir serviks, seperti dapat terjadi kelainan pada alat genetalia pria atau wanita, penetrasi penis yang kurang dalam, atau ejakulasi yang intravaginal yang kurang baik. Apabila penetrasi spermatozoa in vitro abnormal, sedangkan terdapat normospermia dan sifat fisik kimia lendir serviks yang normal mungkin sekali disebabkan oleh faktor imunologis. (Prawiharjo, 2005)


Mioma uteri
Disamping ada istri yang hamil dan melahirkan seperti biasa dengan mioma uteri, ada juga istri yang tidak bisa hamil dan satu-satuya kelainan yang dapat ditemukan adalah mioma uteri. Bagaimana mekanisme mioma uteri sampai menghambat terjadinya kehamilan belum jelas diketahui. Mungkin disebabkan oleh tekanan pada tuba, distorsi atau elongasi kavum uteri . (Prawiharjo, 2005)

Jumat, 22 Mei 2009

Askep OsTeopoRosiS

BAB I
LANDASAN TEORI OSTEOPOROSIS
A. Definisi

• Menurut Dr. Hendra laksamana, osteoporosis adalah keroposnya tulang karena kekurangan mineral dengan akibat menjadi rapuh. (Kamus kedokteran Dr. Hendra laksamana, 2000)
• Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang berkurang. Komponen matriks tulang, yaitu mineral dan protein berkurang. (Surattun, 2008)
• Osteoporosis merupakan kelainan dengan penurunan massa tulang total. (Brunner & Suddart, 2000)
• Osteoporosis adalah tulang keropos terjadi jika terlalu banyak mineral dihilangkan dari kerangka tulang. (www.aidsinfonet.com)
• Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang ciri-cirimya adalah pengurangan masssa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan resiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat. (Rawan broto, 2004)
• Osteoporosis adalah penurunan densitas tulang yang dapat mempengaruhi tulang kerangka (skeleton) sehungga fraktur dapat terjadi pada trauma yang minimal. (kamus keperawatan edisi 17, Christine Hancock)
• Osteoporosis merupakan gangguan dalam laju rearbsobsi tulang meningkat melebihi laju pembentukan tulang, menyebabkan hilangnya kalsium dan garam fosfat serta massatulang. (Nettina Sandra, 2001).

B. Etiologi
Faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan osteoporosis diantaranya :
a. Defisiensi kalsium
- intake kalsium menurun
- Menurunnya kalsium berhubungan dengan usia.
- Tidak adekuat intake vitamin D

b. Kurang latihan / Exercise.
- Imobilisasi disebabkan menurunnya massa tulang.
- Olahraga / latihan teratur dapat dicegah menurunnya kepadatan.
- Pria dan wanita saat tua dapat secara bermakna menaikkan kepadatan tulang dengan olahraga beban sedang.

c. Jenis kelamin
- Hormon Reproduksi mempengaruhi kepadatan tulang.
- Pembentukan tulang secara progres menurun dimulai usia 30 th, apabila tulang semakin padat pada usia tersebut makin resiko terserang osteoporosis.
- Wanita (post monopouse) lebih cepat dari laki-laki kadar testosteron tetap tinggi sampai 80%
- Wanita perokok, kurus ditambah perokok lebih rentan karena premen tulang mereka menurun kepadatan. (Suratun dkk, 2008)
Osteoporosis juga dikaitkan dengan kekurangan kalsium atau vitamin D dalam diet, dengan merokok, dengan memakai terlalu banyak kafein atau alcohol, dan kekurangan olahraga. (www.aidsinfonet.com)




C. ANATOMI





(www.aidsinfonet.com)

D. Gambaran Klinis
o Waspada bila
1. Monopouse
2.Patah tulang akibat trauma ringan.
2. Tinggi badan berkurang
3. Kifosis dorsal berkurang
4. Gangguan otot (kaku dan lemah) seperti didapatkan pada penderita osteomalasia atau hiperparatiroidisme
5. Nyeri tulang.
o Lokasi fraktur tersering
1. Vertebrata.
2. Collum femoris
3. Distal radius.
(Rawan broto, 2004)


E. Patogenesis
1. Menghilangnya estrogen pada saat menopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resopsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopouse. Pria mempunyai puncak massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak. Akibatnya insidensi osteoporosis lebih rendah pada pria.
2. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsiumdan vitamin D yang tidak cukup mencukupi selama bertahun-tahun mengtakibatkan kekurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian yang dianjurkan (RDA= recomended daily allowance) kalsium meningkat pada adolesens dan dewasa muada (usia 11 sampai 24 tahun) sampai 1200mg untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800mg tetapi 1000 sampai 1500mg per hari untuk wanita pascamenopouse biasanya dianjurkan. Rata-rata perkiraan sesungguhnya asupan per hari adalah 300 sampai 500mg. Lansia menyerap kalsium diet kurang efisien dan pascamenopouse dan lansia sesungguhnya perlu mengkonsumsi kalsium dalam jumlah tak terbatas. Sumber vitamin D dan kalsium terbaik adalah
3. Bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen (dari sumber-sumber luar) dapat menyebabkan asteoporosis. Krtikossteroid berlebihan, sindrom cushing, hipertiroidisme, dan hiperparatiroidisme menyebabkan kehilangan tulang. Derajat osteoporosis berhubungan dengan durasi terapi kortikosteroid. Ketika terapu dihentikan atau masalah metabolisme telah diatasi perkembangan osteoporosis akan terhenti, namun restorasi kehilangan massa tidak terjadi.
4. Keadaan medis penyerta ( misal: sindrom malabsopsi intoleransi laktosa, penyalagunaan alkohol, gagal ginjal, gagal hepar, dan gangguan endokrin) mempengaruhi pertumbuhan ostoeporosis. Obat-obatan ( misal: Isoniasi heparin, Tetrasiklin, Antasida yang mengandung aluminium, furosemide, antikonvulsan, kortikosteroid dan suplemen teroid ) mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.
5. Imobilitas menyumbang perkembangan osteoporosis. Pembentukan tulang dipercepat dengan adanya stress berat, badan dan aktivutas otot. Ketika diimobilisasi dengan gips, paralysis, atau inaktivitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya, dan terjadilah osteoporosis (Brunner &. Suddart, 2000)


F. Klasifikasi osteoporosis
Dalam terapi osteoporosis hal yang perlu dioerhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoposis dari penderita. Osteoporosis dibagi menjadi 2, yaitu:
 Osteoporosis primer
Di bagi menjadi 2 fase;
1. Fase high bone turn over (dahulu disebut osteoporosis tipe I atau osteoporosis pasca menopouse)
2. Fase low bone turn over (dahulu disebut osteoporosis tipe II atau osteoporosis senilis)
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan di tulang menyebabkan peningkatan proses resorbsi di tulang trabekula sehingga menyebabkan resiko fraktur vertebradan colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih banyak terserang osteoporosis dari pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun. Sedang pada osteoporosis tipe II (senilis) perbandingan wanita dengan pria 2:1 dengan rata-rata terjadi pada usia 75-85 tahun.

 Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder tergantung dari jelas atau tidaknya etiologi osteoporosis sekunder. Pada osteoporosis sekunder, yaitu osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang, seperti glukokortikoid, alkoholisme, merokok, imobilisasi, kelainan gastrointestinal, tirotoxikosis, artritis rematoid, hiperkalsiuri, dan lainnya. Penting mencari apakah ada penyakit tersebut diatas yang mendasari terjadinya osteoporosis dan mengatasi dengan benar penyakit yang mendasarinya. Bila kelainan ini dapat disikirkan berarti osteoporosis tersebut termasuk idiopatik. Osteoporosis idiopatik lebih banyak pada pria dari pada wanita, yaitu 10: 1. (Rawan Broto, 2004)

G. Patofisiologi
Ada berbagai kasus osteoporosis yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral. Faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah meliputi kekurangan dalam diet, malabsorbsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi anti konvulsssan berkepanjangan, (fenitoin, fenobarbital) dan kekurangan vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga merupakan ssalah satu faktor. Sering terjadi pada bagian dasar dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
Selain itu, penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya hiperparatiroidisme mengakibatkan dekalsifikasi skelet, artinya osteoporosis dengan peningkatan ekskresi fosfat dalam urine. (Brunner & suddart, 2000)













H. Patoflow
Osteoposis



Intake kalsium menurun



Penurunan massa tulang



Spasme otot Tulang menjadi kolaps

Hormon stressor meningkat Kolaps tulang belakang

Nyeri pergerakan/nyeri tulang Resiko cedera (fraktur)

Salah interpretasi ttg kelainan bentuk
(tubuh memendek/membungkuk)
Proses penyakit

Klien & keluarga cemas Mobilisasi terbatas Koping yg tdk adekuat

Kurang pengetahuan Hambatan mobilisasi fisik P’bahan citra tbh

Gg konsep diri





F. Evaluasi Diagnostik
1. Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar X rutin bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusensi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkapf.
2. Pemeriksaan laboratorium ( misal: kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolis urine, hematokrit, laju endap darah ) dan sinar X dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (misal: mieloma multiple, osteomalasia, hiperpatiroidisme, keganasan) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
3. Absorpsiometri foton-tulang dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual foton, dual mergy x-ray absorpstiometry ( DEXA ), dan CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respons terhadap terapi. (Doengoes, 2000)

G. Pencegahan
- Anjurkan penderita untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur memelihara kekuatan, kelenturan dan koordinasi sistem neuromuskular serta kebugaran, sehingga dapat di cegah resiko terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan 30 sampai 60 menit per hari, bersepeda maupun berenang.
- Jaga asupan kalsium 1000-1500mg per hari, baik melalui makanan sehari-hari maupun suplementasi.
- Hindari merokok dan minum alkohol.
- Diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap defisiensi testosteron pada laki-laki dan menopouse awal pada wanita
- Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis.
- Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada penderita osteoporosis.
- Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita terjatuh, misalnya lamtai yang licin.
- Hindari defisiensi vitamin D terutama orang-orang yang kurang terpancar sinar matahari atau pada penderita dengan fotosensitifitas misalnya, SLE.
- Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan natrium sampai 3gr per hari untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium di yubulus ginjal.
- Pada penderita yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang, usahakan pemberian glukokortikoid pada dosis rendah mungkin dan sesingkat mungkin.
- Penderita artritis rematoid, sangat penting mengatasi aktivitas penyakitnya, hal ini akan mengurangi nyeri dan penurunan densitas massa tulang akibat artritis rematoid yang aktif. (Rawan Broto, 2004)

Jika kita osteoporosis, kita dapat mengurangi resiko patah tulang:
• Memakai suplemen kalsium terutama kalsium karbonat atau kalsium sitrat. Vitamin D dapat menyerap kalsium.
• Melakukan olahraga angkat beban, ini tampaknya memberi isyarat pada tulang untuk menahan kandungan zat mineral.
• Menghentikan merokok dan mengurangi penggunaan kafein dan alkohol.
• Mengurangi resiko jatuh, bebaskan tempat berjalan dirumah, hati-hati jika naik/turun tangga dan lereng yang curam.
(www.aidsinfonet.com)
H. Penatalaksanaan
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencakupidan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisme skeletal. Terdiri atas tiga gelas vit.D susu skim swiss, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya setiap hari. Untuk menyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diserapkan preparat kalsium( kalsium karbonat).
2. Pada menopouse, terapi penggantian hormon ( HRT = Hormon Replacement Therapy ) dengan estrogen dan progesteron dapat diserapkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah mnjalani menopouse prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda. Penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini. Estrogen menurunkan reabsorbsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan insidens kanker payudaranya tiap bulan dan diperiksa panggungnya, termasuk usapan papanipencolaou dan biopsy endometrial, sekali atau dua kali setahun.
3. obat-obatan lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium klorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer mungkin kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. NaCl memperbaiki aktivitas osteoblastik dan pembentukan tulang. Namun kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang dalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis. (Nettina Sandra, 2001)

I. Aspek bedah osteoporosis
Fraktur merupakan komplikasi osteoporosis yang paling sering terjadi. Tujuan terapi fraktur adalah untuk mempercepat mobilisasi sehingga penderita dapat kembali ke aktivitas yang normal. Imobilisasi lama fraktur sering berakibat tromboemboli, bronkopnemoni, dekubitus dan memperparah osteoporosis sehingga akan meningkat angka mortalitas. (Rawan Broto, 2004)












BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan.
Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:
a. Rasa nyeri/ sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang.
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vit D dan C serta kalsium)
g. Merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein
h. Adanya penyakit endokrin: DM, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme. (Surattun dkk, 2008)
2. Pemeriksaan fisik
a. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan
b. Periksa mobilitas pasien
c. Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
d. Observasi apakah terddapat penurunan tinggi badan, spasme otot pra vertebral ddan kulit yang tipis. (Rawan Broto, 2004)

3. Riwayat psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-massalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
(Suratun dkk, 2008)

Diagnosa keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan sfasme otot. (Brunner & Suddart, 2000)
4. Risiko cedera ( fraktur ) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah. (Suratun dkk, 2008)

Intervensi keperawatan

 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik
Intervensi:
a. Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang .
b. Bantu pasien menggnakan alat bantu wolker atau tongkat.
c. Bantu dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur.
d. Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih menggunakannya dan jelaskan tujuannya.
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, estrogen, kalsium, dan vitamin D.
f. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium.
(Suratun dkk, 2008)

 Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri rendah yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Dapat menggunakan koping yang positif
Intervensi:
a.Bantu pasien mengekspresikan perasan dan dengarkan dengan penuh perhatian.Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa perawat bersedian membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi.
b.Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan. Klarifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan.
c.Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan atau kebanggan saat itu. Ini membantu upaya mengenal diri dan menerima diri kembali.
d. identifikasi bersama pasien tentang alternatif pemecahan masalah yang positif. Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri.
e. Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman.
(Suratun dkk, 2008)

 Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
Tujuan: Nyeri menghilang
Intervensi:
a. Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi terlentang atau miring.
b. Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
c. Kompres hangat intermitten dan pijat punggung dapat memperbaiki relaksasi otot
d. Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh.
e. Gunakan korset saat pasien turun dari tempat tidur.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
(Brunner & Suddart, 2000)


 Resiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis
Tujuan: cedera tidak terjadi
Intervensi:
a. Anjurkan melakukan aktifitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
b. Latihan isometik dapat dipergunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
c. Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik dan postur tubuh yang baik.
d. Hindari aktivitas membungkuki mendadak, menengok dan mengangkat beban lama.
e. Lakukan aktifitas diluar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D
(Suratun dkk, 2008)

 Kurang pengetahuan
Tujuan: memahami osteoporosis dan program pengobatan
Intervensi:
a. Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktifitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang cukup.
b. Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail.
c. Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman, misalnya lantai tidak llicin, tangga menggunakan pegangan, untuk menghindari jatuh.
d. Anjurkan mengurangi kafein, alkohol, dan merokok.
e. Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan.
(Suratun dkk, 2008)


Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan:
1. Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
a. Melakukan ROM secara teratur
b. Menggunakan brace/korset saat aktifitas
2. Koping pasien yang positif
a. mengekspresikan perasaan
b. memilih alternatif pemecahan masalah
c. meningkatkan komunikasi
3. Nyeri berkurang atau hilang
a. Mengalami peredaan nyeri saat istirahat
b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas sehari hari
c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur.
(Brunner & Suddart, 2000)
4. Tidak terjadi cedera
a. Mempertahankan postur tubuh yang baik
b. Menggunakan mekanika tubuh yang baik
c. Latihan isometrik
d. Berpartisipasi dalam aktifitas di luar rumah
e. Menghindari aktifitas yang menimbulkan cedera
5. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan
a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan fisik terhadap massa tulang
b. Mengkonsumsi kalsium dengan jumlah yang mencukupi
c. Meningkatkan latihan fisik
d. Mengetahui waktu perawatan lanjutan
(Suratun dkk, 2008)







BAB III
Penutup
Seorang perawat harus waspada terhadap kemungkinan adanya osteoporosis pada klien bila didapatkan adanya gejala nyeri menetap pada tulang terutama setelah terjadinya fraktur akibat suatu trauma yang ringan, tubuh makin memendek, kifosis dorsal bertambah, gangguan otot berupa kaku dan lemah serta gambaran radiologik yang khas pada tulang trabekular. Diperlukan evaluasi lengkap dan pengukuran densitas massa tulang dan pemeriksaan biokimia tulang dan hormonal serta pemeriksaan organ lain yang terkait seperti ginjal, hati, saluran cerna, tiroid dan sebagainya.
Terapi untuk osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang, dan kuratif, yaitu meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen & progesteron dosis rendah), kalsitriol, kalsitonin, disfosfonat, dan nutrisi seperti kalsium dan senam beban. Bila telah terjadi fraktur maka perlu diperhatikan penyuluhan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.